Saya penasaran dengan “ustadz”, karena pagi tadi di TV ada yang bilang “ada artis baru, penyanyi baru, tapi kenapa tidak ada ustadz baru, semoga setelah acara ini muncullah ustadz2 baru”...... aku heran “kenapa” karena ustadz di dunia ini banyak terutama di Indonesia, tapi memang tidak ter “publish” di media massa apalagi ada infotaiment about Ustadz “you know lahh, what I mean”.
Dari situ muncul benak untuk membuat blog tentang ustadz, budaya ustadz dan sikap/pandangan orang2 Indonesia tentang Ustadz
Now, we start from, what is ustadz...........
Yang aku tahu sih, ustadz itu seorang yang ahli dalam ilmu Islam, seorang guru, atau panggilan orang lain terhadapnya karena sering berceramah, dll. Banyak sekali arti ustadz menurut pandangan masing2 orang, tapi ustadz berasal dari bahasa arab yang berarti guru, ditambah za bila guru itu perempuan menjadi “ustadza”. Dannnnn inilah yang ingin saya komentari tentang penggunaan kata ustadz di Indonesia, karena saya tidak tahu dari mana orang-orang bisa memberikan gelar ustadz kepada orang lain, ada yang bilang karena Ia pintar tentang agama, sering berceramah, DLL. Butttt, kata ustadz itu kan berarti guru, (walaupun berceramah juga termasuk mengajari = Guru) tetapi herannya kok guru agama yang notabenenya tahu agama, yang termasuk ahli agama kok gak di panggil ustadz yaa. Hmmmm penasaran lagi, kalau saya bilang sih yaaaa inilah yang di namakan budaya, menurut pandangan Sosiologi, budaya adalah suatu kebiasaan yang di ulang-ulang dan telah menetap di dalam suatu masyarakat tertentu dan sulit untuk di ubah. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah “siapa yang mengenalkan kata ustadz?”, tentu saja orang arab donkk ( haha ga mungkin orang palembang), orang arab datang ke Indonesia sekaligus untuk menyebarkan agama Islam. Bukan hanya orang arab, tapi juga anak2 Indonesia yang belajar ke luar negri (arab) untuk mendalami lebih dalam tentang Islam dan Ilmu lain. Menurut saya orang2 tersebutlah yang memopulerkan kata “ustadz” yang berarti orang yang tahu agama dan bisa mengajarkan kepada orang lain (guru).
Sungguh terlalu bila kata ustadz tidak populer, tapi sayangnya kata2 tersebut dianggap gelar bukan sebuah panggilan semata (maksudnya di KTP, Surat2 lain, Undangan, DLL tertulis “ust” sebelum namanya). WOW kok bisa, yaa inilah budaya kita yang harus mempunyai status/gelar tersendiri, mungkin takut lupa yaa jadi dimana2 di tulis “ust”. Kita tahu bahwa gelar sebuah nama adalah berdasarkan ijazah/sertifikat yang telah Ia dapatkan (misalnya, Dokter =dr, insyinyur=ir, sarjana agama=S.Ag, DLL), atau juga karena adat budaya dari suatu masyarakat (misalnya kata Nyimas/Mgs= anak palembang, prabu, ndoro, DLL). Tapi, ustad itu masuk yang mana? Apakah yang legal (ijazah/sertifikat) atau budaya???. Mungkin banyak yang beranggapan masuk yang budaya dong, tapi emang ada keturunan ustadz, ustadz itu dari arab lohhh, diarab gak pake istilah ustadz2 tapi nama yang sesuai dengan perilakunya (misalnya umar bin khotob=amirul mukminin) tapi itupun sudah lama, dan aku tak tahu masih kepake ga ampe sekang budaya seperti itu di Arab (ketahuan ga pernah ke Arab).
Aduh nyasar kemana2 nih topik nya, balik lagi kenapa guru agama ga di panggil ustadz (padahal ngajar agama juga) dan gelar ustadz hanya ada di Indonesia lohh, di negara lain ustadz itu hanya sebuah panggilan (seperti ayah, ibu, guru, DLL). BTW ngomongin gelar di Indonesia, sadarkan Anda bahwa Haji/Haja hanya ada di Indonesia (yang dimana2 ditulis H/Hj), yaaa saya tahu kalau setelah menunaikan ibadah haji memang mendapatkan sertifikat, bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan ibadah Hajinya atau menunaikan rukun Islam yang ke-5, Subhanallah sekali yaaa yang bisa berangkat kesana (aku kapan???). tapi tetep aja gelar haji itu bukan “manusia” loh yang tahu, apa apalagi itu suatu ibadah dan masuk kedalam rukun Islam, tapi kok di Indonesia ada gelar “Haji yaaa”. Kalau alasannya karena telah melengkapi rukun Islam berarti aku yang udah puasa full 1 bulan boleh make gelar “puasa di depan namaku, atau karena udah sholah ada gelar sholat. Hahaha (garing), di Negara lain gak ada lohh, apalagi Arab. Sooo, ayolah jangan mengumbar-ngumbar gelar (apalagi soal ibadah kepada_NYA) kalau udah haji ya udah, gak usah kemana2 pake haji (termasuk di KTP) kalau panggilan sih masih boleh. Nahhh, nyasar lagi nih topik. And if you know why Ustadz in Indonesia di jadiin gelar. Sooo ini tantangan yang ngebaca blog ini. (kalau yang punya blog bilang karena budaya yang melekat dan ketidak tahuan banyak orang apa arti ustadz sesungguhnya, jadi mau ga mau di pake dah gelar itu) kalau ga make berarti ga gaul..... hahah
Lanjotttt, ke budaya Ustadz......
Sebenarnya udah dibahas tapi, kalau gelar ustadz itu suatu budaya yang sulit untuk di ubah. Orang-orang menyebut orang lain ustadz karena Ia melakukan:
Berceramah di banyak tempat
Tahu tentang agama islam
Pakaiannya (biasanya make peci, sarung, DLL)
Bisa baca Al-Qur’an
Tahu hadist, DLL
Kalo kesimpulan aku tentang fenomena ustadz di Indonesia sih begono.
Well, balik lagi arti ustadz itu adalah Guru yaitu seseorang yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Kok bisa penceramah dapet panggilan ustadz, and guru agama ga dapet, padahal sama-sama mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Kalau ada yang bilang “karena ustadz itu ceramahnya kemana2” iya kalau terkenal, trus emang guru Cuma ngajar di kelas (enggak dong). Emang sih guru tidak mengajarkan agama di semua tempat, gak kayak penceramah yang ceramah kemana. Hmmm bingung aku.
Sooo, ada Dosen saya yang ceramah saat sholat Jumat di kampus kalau kata “ustat” itu berarti pantat, yang bener itu ustadz yang berarti guru. Hahaha liat di kamus arab yaaa.
And the last..... Bagaimana orang2 menanggapi tentang ustadz di Indonesia
Kalau aku waktu kecil itu, tahu ustadz itu berarti orang yang suka ceramah di panggil ustadz, dan aku kira ada sekolah khusus ustadz yang melahirkan ustadz2 baru (padahal ga ada, yang ada sekolah berbasiskan Islam sepeti pesantren, atau jurusan agama Islam seperti, tarbiyah, ushulidin, DLL), yang semua itu gak ada ijazah/sertifikat tentang GELAR USTADZ. Saya SMP di Pesantren, di saya manggil gurunya dengan sebutan Ustadz lohhh, tapi tetep aja gelar yang mereka pake itu ada yang S.Pd, S.Ag, BA, DLL, ga ada gelar ustadz di depan namanya. Pernah kebayang kalo ustadz di jadiin gelar terus guru protes dan nanti ada gelar guru layaknya ustadz. Hahaha
Tahukah Anda bila banyak budaya Indonesia yang sangat menghormati status seseorang, misalnya ustadz, dokter dan guru. Sampai2 orang tua saya kemana2 di panggil guru. Hah Aku bangga jadi salah satu anak Indonesia. Tetapi ada oknum2 tertentu yang ingin di panggil kayak gitu terus menerus, daann akhirnya dimana kalau nulis namanya di kasi embel2 “ust” yaitu ustadz tadi. Gelar yang pasti itu kan udah ada, misal dokter, insinyur, profesor, DLL yang semuanya itu berdasarkan profesi dan bidang ilmu yang ditekuninya, aku aja calon sosiolog tapi ga ada embel2 “sg” atau sosiolog layaknya dokter “dr”. Bila semua bidang menggunakan gelar maka inilah yang akan terjadi:
Guru dapet gelar “gr”
Mahasiswa dengan gelar “mhs”
Petani makek gelar “Pn”
Pembantu rumah tangga dengan embel2 “PRT”
Bahkan tukang bubur pun ada gelar “Tk b”
Hahahahaha........ kenapa budaya jadi seribet ini yakkkk, yang salahpun bisa jadi budaya. Saya tidak bilang kalau make gelar ust itu salah, tapi bila ingin membuat gelar baru,,, ayolah tetapkan secara hukum kayak buat sertifikat or tes kompetensi ustadz kayak dokter kan ada, ga tahu yaa kalau haji.
Buttttt, kita bisa mengahargai budaya orang lain, kalau salah kasih tahu yaaa...
Lama tak ngebog andd know I’m Come back.
See you later.
Dari situ muncul benak untuk membuat blog tentang ustadz, budaya ustadz dan sikap/pandangan orang2 Indonesia tentang Ustadz
Now, we start from, what is ustadz...........
Yang aku tahu sih, ustadz itu seorang yang ahli dalam ilmu Islam, seorang guru, atau panggilan orang lain terhadapnya karena sering berceramah, dll. Banyak sekali arti ustadz menurut pandangan masing2 orang, tapi ustadz berasal dari bahasa arab yang berarti guru, ditambah za bila guru itu perempuan menjadi “ustadza”. Dannnnn inilah yang ingin saya komentari tentang penggunaan kata ustadz di Indonesia, karena saya tidak tahu dari mana orang-orang bisa memberikan gelar ustadz kepada orang lain, ada yang bilang karena Ia pintar tentang agama, sering berceramah, DLL. Butttt, kata ustadz itu kan berarti guru, (walaupun berceramah juga termasuk mengajari = Guru) tetapi herannya kok guru agama yang notabenenya tahu agama, yang termasuk ahli agama kok gak di panggil ustadz yaa. Hmmmm penasaran lagi, kalau saya bilang sih yaaaa inilah yang di namakan budaya, menurut pandangan Sosiologi, budaya adalah suatu kebiasaan yang di ulang-ulang dan telah menetap di dalam suatu masyarakat tertentu dan sulit untuk di ubah. Yang jadi pertanyaannya sekarang adalah “siapa yang mengenalkan kata ustadz?”, tentu saja orang arab donkk ( haha ga mungkin orang palembang), orang arab datang ke Indonesia sekaligus untuk menyebarkan agama Islam. Bukan hanya orang arab, tapi juga anak2 Indonesia yang belajar ke luar negri (arab) untuk mendalami lebih dalam tentang Islam dan Ilmu lain. Menurut saya orang2 tersebutlah yang memopulerkan kata “ustadz” yang berarti orang yang tahu agama dan bisa mengajarkan kepada orang lain (guru).
Sungguh terlalu bila kata ustadz tidak populer, tapi sayangnya kata2 tersebut dianggap gelar bukan sebuah panggilan semata (maksudnya di KTP, Surat2 lain, Undangan, DLL tertulis “ust” sebelum namanya). WOW kok bisa, yaa inilah budaya kita yang harus mempunyai status/gelar tersendiri, mungkin takut lupa yaa jadi dimana2 di tulis “ust”. Kita tahu bahwa gelar sebuah nama adalah berdasarkan ijazah/sertifikat yang telah Ia dapatkan (misalnya, Dokter =dr, insyinyur=ir, sarjana agama=S.Ag, DLL), atau juga karena adat budaya dari suatu masyarakat (misalnya kata Nyimas/Mgs= anak palembang, prabu, ndoro, DLL). Tapi, ustad itu masuk yang mana? Apakah yang legal (ijazah/sertifikat) atau budaya???. Mungkin banyak yang beranggapan masuk yang budaya dong, tapi emang ada keturunan ustadz, ustadz itu dari arab lohhh, diarab gak pake istilah ustadz2 tapi nama yang sesuai dengan perilakunya (misalnya umar bin khotob=amirul mukminin) tapi itupun sudah lama, dan aku tak tahu masih kepake ga ampe sekang budaya seperti itu di Arab (ketahuan ga pernah ke Arab).
Aduh nyasar kemana2 nih topik nya, balik lagi kenapa guru agama ga di panggil ustadz (padahal ngajar agama juga) dan gelar ustadz hanya ada di Indonesia lohh, di negara lain ustadz itu hanya sebuah panggilan (seperti ayah, ibu, guru, DLL). BTW ngomongin gelar di Indonesia, sadarkan Anda bahwa Haji/Haja hanya ada di Indonesia (yang dimana2 ditulis H/Hj), yaaa saya tahu kalau setelah menunaikan ibadah haji memang mendapatkan sertifikat, bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan ibadah Hajinya atau menunaikan rukun Islam yang ke-5, Subhanallah sekali yaaa yang bisa berangkat kesana (aku kapan???). tapi tetep aja gelar haji itu bukan “manusia” loh yang tahu, apa apalagi itu suatu ibadah dan masuk kedalam rukun Islam, tapi kok di Indonesia ada gelar “Haji yaaa”. Kalau alasannya karena telah melengkapi rukun Islam berarti aku yang udah puasa full 1 bulan boleh make gelar “puasa di depan namaku, atau karena udah sholah ada gelar sholat. Hahaha (garing), di Negara lain gak ada lohh, apalagi Arab. Sooo, ayolah jangan mengumbar-ngumbar gelar (apalagi soal ibadah kepada_NYA) kalau udah haji ya udah, gak usah kemana2 pake haji (termasuk di KTP) kalau panggilan sih masih boleh. Nahhh, nyasar lagi nih topik. And if you know why Ustadz in Indonesia di jadiin gelar. Sooo ini tantangan yang ngebaca blog ini. (kalau yang punya blog bilang karena budaya yang melekat dan ketidak tahuan banyak orang apa arti ustadz sesungguhnya, jadi mau ga mau di pake dah gelar itu) kalau ga make berarti ga gaul..... hahah
Lanjotttt, ke budaya Ustadz......
Sebenarnya udah dibahas tapi, kalau gelar ustadz itu suatu budaya yang sulit untuk di ubah. Orang-orang menyebut orang lain ustadz karena Ia melakukan:
Berceramah di banyak tempat
Tahu tentang agama islam
Pakaiannya (biasanya make peci, sarung, DLL)
Bisa baca Al-Qur’an
Tahu hadist, DLL
Kalo kesimpulan aku tentang fenomena ustadz di Indonesia sih begono.
Well, balik lagi arti ustadz itu adalah Guru yaitu seseorang yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Kok bisa penceramah dapet panggilan ustadz, and guru agama ga dapet, padahal sama-sama mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Kalau ada yang bilang “karena ustadz itu ceramahnya kemana2” iya kalau terkenal, trus emang guru Cuma ngajar di kelas (enggak dong). Emang sih guru tidak mengajarkan agama di semua tempat, gak kayak penceramah yang ceramah kemana. Hmmm bingung aku.
Sooo, ada Dosen saya yang ceramah saat sholat Jumat di kampus kalau kata “ustat” itu berarti pantat, yang bener itu ustadz yang berarti guru. Hahaha liat di kamus arab yaaa.
And the last..... Bagaimana orang2 menanggapi tentang ustadz di Indonesia
Kalau aku waktu kecil itu, tahu ustadz itu berarti orang yang suka ceramah di panggil ustadz, dan aku kira ada sekolah khusus ustadz yang melahirkan ustadz2 baru (padahal ga ada, yang ada sekolah berbasiskan Islam sepeti pesantren, atau jurusan agama Islam seperti, tarbiyah, ushulidin, DLL), yang semua itu gak ada ijazah/sertifikat tentang GELAR USTADZ. Saya SMP di Pesantren, di saya manggil gurunya dengan sebutan Ustadz lohhh, tapi tetep aja gelar yang mereka pake itu ada yang S.Pd, S.Ag, BA, DLL, ga ada gelar ustadz di depan namanya. Pernah kebayang kalo ustadz di jadiin gelar terus guru protes dan nanti ada gelar guru layaknya ustadz. Hahaha
Tahukah Anda bila banyak budaya Indonesia yang sangat menghormati status seseorang, misalnya ustadz, dokter dan guru. Sampai2 orang tua saya kemana2 di panggil guru. Hah Aku bangga jadi salah satu anak Indonesia. Tetapi ada oknum2 tertentu yang ingin di panggil kayak gitu terus menerus, daann akhirnya dimana kalau nulis namanya di kasi embel2 “ust” yaitu ustadz tadi. Gelar yang pasti itu kan udah ada, misal dokter, insinyur, profesor, DLL yang semuanya itu berdasarkan profesi dan bidang ilmu yang ditekuninya, aku aja calon sosiolog tapi ga ada embel2 “sg” atau sosiolog layaknya dokter “dr”. Bila semua bidang menggunakan gelar maka inilah yang akan terjadi:
Guru dapet gelar “gr”
Mahasiswa dengan gelar “mhs”
Petani makek gelar “Pn”
Pembantu rumah tangga dengan embel2 “PRT”
Bahkan tukang bubur pun ada gelar “Tk b”
Hahahahaha........ kenapa budaya jadi seribet ini yakkkk, yang salahpun bisa jadi budaya. Saya tidak bilang kalau make gelar ust itu salah, tapi bila ingin membuat gelar baru,,, ayolah tetapkan secara hukum kayak buat sertifikat or tes kompetensi ustadz kayak dokter kan ada, ga tahu yaa kalau haji.
Buttttt, kita bisa mengahargai budaya orang lain, kalau salah kasih tahu yaaa...
Lama tak ngebog andd know I’m Come back.
See you later.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar