Pages

OPDIK dan Sesuatunya Universitas Sriwijaya

(umaru), 07111002092

Pertama kali menjadi mahasiswa baru disuatu perguruan tinggi tentu saja ada yang namanya OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus). Tapi di tahun 2011 namanya OPDIK (Orientasi Peserta didik). Hmmm... 

Di Indonesia ini, entah kenapa, sejak kapan dan darimana, ospek ini begitu sangat aktif dilakukan. Katanya untuk mempererat tali silahturahim (tapi ini kan pertemuan pertama, seharusnya menyambung), atau agar ada hubungan kuat antara senior dengan junior (emang penting pake kostum yang memalukan), atau sebagai tradisi dari tahun ke tahun (tradisiiiiiiiiiiiii). 

Namun aku tidak akan membahas tentang hal-hal yang dianggap tradisi nenek moyang di kampus itu. Karena jika iya ini tradisi nenek moyang, seharusnya OSPEK dilakukan di laut, karena ada nyanyian kecil dengan lirik seperti ini “nenek moyangku seorang pelaut”. -___- 

Indralaya kampus unsri
Pada hari pertama berangkat ke suatu daerah yang aku sendiri belum pernah mengunjunginya, yang katanya daerah dimana mahasiswa beruntung berkuliah yaitu Indralaya. Dimana waktu tempuh akan lebih lama daripada belajar itu sendiri. Dan katanya ada kendaraan melata yang aneh.

Sesampai di Indralaya langsung berkumpul di halaman samping auditorium UNSRI. Sekitar pukul delapan kurang, baru masuk dan mengambil tempat duduk. Nah, dari sini keanehan dimulai. Pertama masuk, duduk di lantai satu, lalu pindah lagi kebelakang, katanya sesuai kelompok. Karena kelompok belasan jadi mengungsi di tempat duduk paling belakang. Kedua, pindah lagi ke lantai dua, katanya di lantai dua banyak yang kosong, oke begerak ke lantai dua yang ternyata tempat duduknya kotor. Hmmm. agak mulai nyaman mencari posisi, heh ada kakak tingkat teriak “Kelompok sekian sampai sekian turun kebawah”, karena katanya masih banyak kursi yang kosong. Baru mau nyari posisi loh, belum duduk yang sesungguhnya. Nah, lokak nian ini. Karena menyadari posisi sebagai anak baru, jadi ‘nurut bae lah, kendaklah sano, pegal-pegal kaki”. Kali ini sepertinya tidak ada pemindahan posisi lagi, oke lumayan lah.

LALU. upacara pembuka, seperti upacara penerimaan pelajar pada umumnya, yaitu pengenalan kampus, pemimpinnya, lokasi dan lain-lain. Waktu sudah berlalu cukup lama, tidak ada yang menarik, mata mulai agak menutup. Eh, ada mbak-mbak yang ngasih selebaran kecil, but “maaf nian mbak yo, bukan dak galak baco tapi tulisannya terlalu mini dan pencahayaan di gedung ini bagai kantin remang-remang, jadi kulipet-lipet bae daripada dibaco merusak mato”. Namanya anak baru masih polos, kukira isinya tentang pengenalan kampus, ternyata tentang unjuk rasa dari mahasiswa kepada pihak birokrasi kampus, katanya tentang ada mahasiswi yang ditampar oleh dosen gara-gara OPDIK.

Tak lama setelah melipat kertas, ada kakak tingkat dari FISIP yang menyuarakan agar semua kertas itu dikumpulkan karena tidak boleh mahasiswa baru (yang polos seperti aku) membacanya. Oke, kertas yang hampir jadi sebuah pesawat itu langsung aku kumpulkan ke kakak tingkat. 

Keunikan tidak berhenti sampai disitu, sekitar di penghujung acara ada hal yang super duper dilakukan oleh presiden mahasiswa. Hah, presiden, katanya kehidupan kampus itu miniatur dari sebuah negara, jadi ada presiden-presidennya. Eh, sebelum presiden beraksi, ada suara yang sangat gaduh di luar auditorium, suara itu seperti demo-demo gitu, entah apa namanya. Tahukah Anda, aku tidak mendengar apapun terkait pidato rektor atau apapun yang disampaikan di depan pada saat pengenalan kampus di auditorium itu, ini jujur. Suara yang begitu berisik di depan pintu masuk auditorium (karena aku duduk di posisi hampir belakang dan berdekatan dengan pintu masuk itu).

Oke, menuju ke tahap asik di pengenalan kampus ini, di penghujung acara, ada seorang lelaki yang langsung merebut mic dari tangan MC. Lelaki itu langsung menyuarakan aduan-aduannya kepada pihak birokrasi, dan tentu saja di hadapan ribuan mahasiswa baru UNSRI yang masih polos. Tentu saja, kegaduhan tak dapat dihindari, ada yang bersuara “lajulah, payo, apo dio, nah ngapo, dan sebagainya”. Aku, hanya bisa melihat dan berkata “apo kendaklah cubo?”. Seperti melihat peraduan mahasiswa versus birokrasi kampus. KATANYA, semua berawal dari tindakan dosen menampar mahasiswi, adapula yang beranggapan karena banyak mahasiswa baru yang terdampar diluar karena tidak mendapatkan jatah kursi di dalam auditorium, dan pendapat lain yaitu “cari sensasi” biar terkenal. Lelaki itulah yang disebut dengan presiden mahasiswa pada masa itu. 

Akhirnya di penghujung acara, bagi yang muslim di giring untuk sholat di tempat yang telah disediakan. Tahukah kamu tempat yang telah disediakan itu adalah tenda dan ambal seadanya, jadi teriknya matahari tetap akan terasa panas di bawah tenda itu. Dan sekedar informasi, OPDIK di tahun 2011 adalah opdik dengan tingkat fatamorgana makanan paling tinggi. Kenapa, karena ini bertepatan dengan bulan ramadhan, dan juga matahari yang begitu menyengat ditambah lagi dengan kebakaran hutan di sepanjang jalan Palembang – Indralaya. Sungguh luar biasa. Namun, karena kakat tingkat kelompok aku cukup baik hati, kami tidak boleh sholat di bawah tenda yang cukup (panas) itu. Kami dibawah ke mushola FISIP saja, dengan jaminan ada air wudhu dan juga musholah yang sesungguhnya. 

Setelah selesai sholat dzuhur, lanjut ke auditorium. Katanya ada pertunjukkan dari UKM (unit kegiatan mahasiswa) atau kegiatan ekstra kulikuler dikampus terluas di asia tenggara itu. NAMUN, sesampai di dalam auditorium, semua bersih, tanpa ada mahasiswa lagi, yang ada hanya kursi yang sudah bertumpuk-tumpuk, dan pintu auditorium hampir ditutup. “Hmmm... apo kendak lagi ini”. Lantas, semua kakak tingkat yang ditugasi sebagai pendamping kebingungan, seharusnya kegiatan siang hari ini masih di dalam auditorium, sekarang? 

Kegiatan dialihkan ke fakultas masing-masing, dan kegiatan ini terbilang cukup garing. Karena, hanya kenalan-kenalan dan ngobrol-ngobrol sekitaran kampus. Dan tahukah Anda, FISIP di mana fakultas yang aku pilih untuk melanjutkan pendidikan, hanya terdapat satu bangunan untuk dua jurusan, dan yang terpenting dari itu adalah warnanya yang pink (Merah Mudah). 

-___-. Acara usai. Saatnya pulang. Jujur, aku bingung untuk naik bus yang mana. Karena aku belum begitu paham dengan jalur bus dari Indralaya – Palembang. Karena sepertinya naik bus ke arah bukit lebih menarik maka aku pilih ke arah bus bukit alias UNSRI Palembang. Dan sepertinya aku salah pilih, karena bus ke arah bukit terlambat datang, jadi kemungkinan tiba dirumah lumayan malam, sehingga memaksa untuk berbuka diperjalanan. 

Bus sudah datang sekitar jam empat lewat. Sepertinya UNSRI ini memiliki mahasiswa yang aktif bersaing di dalam kehidupan. Tidak hanya harus bisa bersaing dari banyaknya siswa lulusan SMA sederajat yang ingin masuk UNSRI, baik jalur undangan ataupun tes tertulis. Yang terpenting dari itu adalah bagaimana cara mendapatkan kursi di dalam bus. Sekedar informasi lagi, untuk bisa mendapatkan kursi di bus UNSRI dari Bukit ke Indralaya atau sebaliknya, dibutuhkan tenaga ekstra dari lutut dan siku. Kedua anggota tubuh itu harus dilatih sebelum menjadi mahasiswa di UNSRI. Mau tahu kenapa? coba rasakan sendiri. Yang tahu pasti sangat mengerti perjuangan ini.

YAP, bus mulai berjalan. dari kampus indralaya menuju kampus bukit. Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, disepanjang jalan Palembang – Indralaya terjadi kebakaran hutan gambut. Dan penderitaan tidak berhenti sampai disitu, karena jalan hari itu terbilang padat, maka supir bus yang (sepertinya) berpengalaman itu mengambil jalur kiri (tanah). Ketegangan mulai terjadi disini, dimana kemiringan jalur kiri itu lebih dari 45 derajat normal suatu jalan. Jadi, hampir semua maba (mahasiswa baru) berteriak di dalam bus, terutama para cewek. Haaaa.... kali ini ada lima penderitaan terjadi di awal masuk kuliah saat pulang menuju Palembang. Pertama, asap dimana-mana (padahal tidak sedang syuting film horor). Kedua, lapar (so pasti). Ketiga, ketegangan di dalam bus (kau tidak akan pernah tahu sensasinya bila belum merasakannya). Keempat, di musim panas ini tentu saja terasa panas di dalam bus yang ... (you know lah, what I mean). Dan terakhir adalah telinga yang berdenging karena teriak maba di dalam bus (Coba saja rasakan sendiri). Oh iya, di dalam bus kecil itu, ada banyak maba yang berdiri loh (salah satunya aku).

Tantangan terberat adalah banyaknya maba lain yang makan dan minum di dalam bus. Flash back, di akhir acara pengenalan kampus tadi, di FISIP dibagian sekotak kurma untuk maba, katanya biar bisa berbuka di perjalanan kalau ternyata belum sampai rumah saat magrib tiba. Tapi, ini belum magrib BOS!!!

Ada hal yang sampai sekarang aku ingat, dan mungkin akan selalu teringat sampai kapanpun. Ada salah satu maba cowok yang berkata dengan sangat pede dan bersuara keras. Katanya seperti ini “aiiii... wajarlah pejabat banyak korupsi”, ngapo? tanya maba lainnya. Maba kepedean itu menjawab lagi “iyolah, dak ngeraso apo kuliah susah nian cak ini”, “lah bejalan jaoh, macet, mereng-mereng pulo”. Hahaha, hampir semua penghuni bus itu tertawa. Suatu ungkapan yang sangat jujur dari maba. Semoga hal ini tidak terjadi lagi di hari-hari selanjutnya.

Ini hanya penggalan dari hari pertama tiba di Unsri dan resmi menjadi Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Coba bayangkan penderitaan apalagi yang akan datang. Namun penderitaan ini menjadi pengalaman unik yang layak untuk diceritakan di kemudian hari. Menjadi pelajar itu tidak semudah yang dibayangkan (ternyata).

tulisan ini sebenarnya ingin di buat buku kumpulan cerita anak sosiologi sebelas unsri. tapi, yaaa sudahlah... skripsi memang lebih pantas dibuat daripada cerita pendek seperti ini. hehe

Umaru

Selalu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi menuju Ridho Sang Ilahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar