Ada banyak persepsi mengenai cara belajar efektif dan efisien di muka bumi ini. Ada yang bilang belajar sambil melakukan hal-hal yang menyenangkan akan membuat pelajaran lebih mudah diserap otak. Ada juga yang bilang belajar keras adalah kunci usaha yang sukses, entah kita menyukainya atau tidak.
Dari kedua pendapat tersebut setelah dipiki-pikir memang cukup susah dimengerti.
Pertama, Belajar dengan melakukan hal yang menyenangkan.
Dalam bagian ini seseorang yang belajar biasanya tidak menyadari bahwa ada banyak pengetahuan baru yang menempel di otaknya. Semua mengalir begitu saja, dengan sangat baik. Dari sekian banyak penelitian, cara ini terbukti ampuh menaikkan prestasi belajar. Seseorang belajar dengan tidak dipaksa apapun, saat pertanyaan yang sama diajukan, mereka juga tidak sadar bahwa mereka bisa menjawabnya dengan muda. Penelitian di Jepang mengenai nasi menjadi bukti dari hal ini. Ada dua toples nasi. Satu nasi selalu dikatakan dengan ucapan yang baik lagi menyenangkan. Sedangkan satu lagi dibuat kata-kata yang kasar dan cenderung memaksa. Setelah beberapa, nasi yang dengan ucapan baik tetap putih bersih. Sedangkan Nasi dengan ucapan kasar semakin hitam dan busuk. Ini membuktikan bahwa materi memiliki suatu perasaan tersendiri. Apapun bentuknya, kalau nasi saja bisa menghitam seperti itu, bagaimana dengan perasaan dan pikiran manusia, jika selalu dipaksa untuk melakukan hal tidak disukainya. Karena tidak semua orang menyukai pelajaran yang sama.
Kedua, Belajar dengan keras, baik senang maupun susah.
Ada pepatah lama mengatakan, barang siapa yang tidak mau menjalani pahitnya pendidikan dimasa muda, Ia akan menderita sepanjang hidupnya dimasa tua. Pepatah lama ini mengandung arti bahwa, seseorang yang tidak mau bersusah paya dimasa mudah untuk belajar, maka dimasa tuanya akan menderita sampai akhir hayat. Wow, sungguh mengerikan. Maka dari itu banyak orang tua cenderung memaksakan anaknya untuk bersekolah. Sekolah dari pagi sampai siang, lalu lanjut les ini-itu, malamnya masih harus mengerjakan PR sekolah atau latihan dari tempat les. Begitu setiap harinya, kecuali hari minggu. Membacanya saja sudah melelahkan, apa lagi melakukannya. Namun banyak juga orang yang sukses dari melakukan hal ini. Mereka sering kali kelelehan, menderita, sampai menangis karena pelajaran yang terlalu sulit untuk dicerna otak. Pelajaran itu seolah-olah tidak mau masuk kedalam pikiran para pekerja keras. Walaupun masuk, tidak akan bertahan lama.
Semua contoh diatas memiliki argumen yang sama baiknya. Namun ada satu yang berbeda, yaitu pertama berdasarkan penelitian, kedua berdasarkan pengalaman (pepatah lama). Dari sini sepertinya kita harus sadar, bahwa belajar dengan santai ternyata lebih efektif dan efisien dari pada belajar yang susah. Dengan belajar sambil melakukan hal yang menyenangkan akan membuat otak rileks, sehingga otak lebih mudah mencerna pelajaran yang masuk dan juga akan bertahan lama. Di satu sisi, belajar dengan tekanan akan membuat otak bekerja lebih keras, dan boleh jadi otak akan semakin lama berpikir, kalaupun masuk, pelajaran itu akan sangat mudah dilupakan. Coba saja tanya dengan orang yang sering belajar dengan tekanan, mereka pasti lupa dengan pelajaran lama mereka, bahkan nama guru SD mereka.
Masih kurang percaya. Silahkan lakukan hal ini pada anak-anak. Satu sisi belajar dengan asik. Dan disisi lain belajar dengan tekanan. Tunggu satu atau dua minggu kemudian. Lalu tanyakan, apa saja yang telah dipelajari di dua minggu yang lalu, apa yang akan terucap pertama kali oleh anak adalah pelajaran dengan belajar mengasikkan. Yakinlah. Banyak penelitian mengenai hal ini.
Lalu, mulai saat ini cobalah untuk belajar dengan hati senang, tanpa tekanan dari apapun. Belajar dengan niat ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar bisa lebih banyak membantu orang. Semangat Berbagi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar