Pages

Kenapa di Indonesia sering macet?


Macet dijalan-jalan besar sepertinya sudah kegiatan rutin bagi penduduk di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Ada beragam penyebab macet, mulai dari pelebaran jalan, adanya kecelakaan, pohon tumbang, atau hanya sekedar saling mendahului. Penyebab yang paling sering adalah sering mendahului atau kecelakaan. walaupun berbeda keduanya sangat berpengaruh satu sama lain, akibat sering mendahului atau melanggar lalu lintas untuk cepat sampai akhirnya terjadilah kecelakaan. Kemudian terjadilah macet.

Selesai sudah membahas penyebab macet ini. Apakah ini penyebabnya. Hukum sebab akibat.
Tentu saja akibatnya adalah macet. Namun sebabnya adalah sering mendahului atau dengan kata lain tidak mau antri. Mendahului lewat jalur lain, lewat jembatan penyeberangan, lewat jalan bus way dan lain sebagainya.

Namun ada pertanyaan baru muncul, yaitu apa sebab dari banyaknya penduduk Indonesia yang tidak mau antri.

Tentu saja jika membahas mengenai pola pikir atau kebiasaan orang Indonesia, yang pertama kali dipermasalahkan adalah pendidikan. Pendidikan bagi sebagian besar orang Indonesia adalah sekolah. Padahal pendidikan berawal dari keluarga inti. Namun banyak orang tua yang melepas tanggung jawab pendidikan seratue persen kepada sekolah.

apa masalahnya dengan sekolah?
Sekolah tidak memiliki masalah dari kemacetan. Namun di sekolah tidak diajarkan budi pekerti secara penerapan, hanya secara teori dan tulisan saja. Sekolah hanya peduli bagi pelajar yang pintar di atas kertas, bukan pintar secara nyata. Pendidikan kewarganegaraan salah satunya, hanya peduli bagaimana siswa bisa mengerti dan mengisi lembar soal dengan baik dan benar, bukan dengan praktek yang sesungguhnya. Akhirnya, banyak siswa yang pintar di atas kertas, tanpa mempraktekkannya di dalam kehidupan nyata.

Lalu, sekolah juga mengajarkan pendidikan cepat, bukan pendidikan tepat. Orang dianggap pintar jika menyelesaikan studinya tepat waktu atau dibilang akselerasi jika menyelesaikan pendidikan kurang dari waktu biasanya. seperti SD hanya empat tahun, SMP dua tahun dan sebagainya. Semua siswa yang aksel itu bisa menjawab soal dengan ceat diatas kertas, dan berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat. Lulus diusia muda menjadi hal yang sangat membanggakan di Indonesia. Sedangkan banyak orang yang biasa-biasa atau lulus terlambat menjadi suatu ecekan tersendiri, sehingga membentuk pola pikir siapa cepat Ia dapat. Begitu juga dengan mengendarai kendaraan di jalan raya, siapa cepat Ia dapat, entah itu dapat macetnya, dapat nyampainya, atau dapat kembali ke rahmatullah.

Berarti sekolah salah besar atas sistem pendidikan yang serba cepat ini. Ya, namun salahnya ada pada orang tua atau wali yang mengasuh anak-anak diwaktu kecil. Kenapa? karena pendidikan karakter harus dimulai sedini mungkin, bahkan sebelum waktunya sekolah. Anak-anak hanya meniru apa yang dilakukan orang dewasa di hadapannya.

Namun ada lagi yang sepertinya harus mawas diri. Tidak mungkin anak-anak mengendarai kendaraan di jalan raya. Jika ada berarti seratus persen salahkan orang tuanya. Namun kebanyakan orang dewasa yang memiliki SIM yang berkendara di jalan raya. Maka dari itu harus sadar akan pentingnya antri atau tidak mendahului. Tidak selamanya dcepat itu baik. Kalau tidak mau terkena macet sebaiknya pergi disaat jalan masih sepi. Atau gunakan jalur alternatif yang sah secara hukum, baik tertulis maupun adat. Agar kemacetan di Indonesia ini semakin berkurang, kesadaran diri merupakan kunci suksesnya.

Tidak ada yang salah dan benar. Semua akan benar dan juga salah jika hanya memandang dari satu sisi. Semua orang memang tidak ingin berlama-lama di jalan. Namun mematuhi peraturan adalah yang penting untuk menciptakan kedamainan bersama. Jika tidak mau terkena macet, jawabannya yaitu dengan tidak membeli kendaraan pribadi. Gunakan kendaraan umum saja.

Umaru

Selalu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi menuju Ridho Sang Ilahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar